Dari Pengamatan Liar
ke Kandang Ex-Situ

Pernahkah kalian melihat orang-orang yang bekerja mengamati satwa liar? Mereka mengamati perilaku satwa tersebut dari cara menjelajah, cara makan, jenis pakan yang dikonsumsi, interaksi antara sesama spesies ataupun berbeda spesies, tipe habitatnya, hingga fungsi dari satwa tersebut di lingkungannya.

Oleh: Esther Adinda – Little Fireface Project
Photo: Sumatera Wildlife Center

Lalu, apakah itu merupakan hal yang penting? Ya! Pengamatan perilaku satwa liar merupakan hal yang sangat penting terutama apabila hasil pengamatan tersebut menjadi dasar untuk pembuatan tempat konservasi di luar habitat alaminya atau biasa disebut sebagai konservasi ex-situ. Sebelumnya, mari kita cari tahu dahulu apa itu konservasi ex-situ dan apa tujuannya?

Apa itu konservasi ex-situ dan apa tujuannya?

Konservasi ex-situ berdasarkan Permenhut RI Nomor P.31/Menhut-II/2012 tentang Lembaga Konservasi adalah konservasi tumbuhan dan/atau satwa yang dilakukan di luar habitat alaminya. Sementara menurut IUCN “ex-situ” merupakan kondisi spesies dibatasi secara spasial berdasarkan pola spasial alami atau keturunan mereka, dijauhkan dari sebagian besar proses ekologi mereka, dan dikelola sampai tingkat tertentu oleh manusia, atau dengan kata lain spesies tersebut dipelihara dalam kondisi buatan dengan ruang lingkup yang berbeda dengan kondisi alami habitatnya.

Konservasi ex-situ memiliki potensi untuk (i) membantu mengurangi ancaman utama penurunan populasi satwa seperti deforestasi dan eksploitasi; (ii) meningkatkan demografi atau kelayakan genetik populasi alam liar dengan cara memperbaiki dampak ancaman utama pada suatu populasi; (iii) menunda kepunahan satwa akibat dari bencana alam, degradasi habitat yang berkelanjutan; dan (iv) restorasi populasi atau introduksi konservasi setelah ancaman-ancaman sebelumnya berhasil dinetralkan.

Lembaga konservasi ex-situ memiliki tanggungjawab untuk menjaga kesejahteraan dan menyediakan kebutuhan satwa yang ada di dalam kandangnya. Namun kesejahteraan tersebut tidak hanya semudah pemberian makan, minum dan juga tempat tinggal. Perlu adanya pengetahuan dan dasar ilmu mengenai satwa yang dikonservasi sehingga tempat tinggal yang dibuat sesuai dengan kebutuhan satwa tersebut seperti di alam, ini dapat menjadi adaptasi dari “Five Provisions” dari Mellor, 2016.

Sangat penting untuk menyediakan kebutuhan yang sesuai dengan satwa yang diurus, karena apabila kebutuhan tidak terpenuhi, satwa akan sangat rentan menjadi stress dan frustasi, yang berakibat pada pendeknya umur satwa dan mental yang kurang sehat.

Lalu bagaimana cara membuat kandangnya?

Perlu diingat bahwa satwa yang berbeda membutuhkan kondisi kandang yang berbeda pula. Banyak kegiatan penelitian dan publikasi hasil dari pengamatan langsung satwa liar di lapangan yang dapat dijadikan dasar pembuatan desain kandang, yang berikutnya disesuaikan dengan persyaratan tempat tinggal satwa seperti yang sebelumnya telah dijelaskan. Contohnya, satwa arboreal yang biasa di atas pohon harus memiliki kendang yang luas dengan substrat atau pohon yang cukup di dalam kandangnya untuk memenuhi kebutuhannya bergelantung dan mengekspresikan perilaku alaminya; atau satwa yang membutuhkan tempat lembab diberikan kondisi dengan beberapa tipe kelembaban agar satwa tersebut merasa nyaman dengan tempat tinggalnya.

Fasilitas dan infrastruktur yang dibuat harus menyediakan lingkungan yang sesuai untuk masing-masing spesies satwa sehingga dapat memenuhi kebutuhan fisiologis dan perilaku satwa untuk mencapai kesejahteraan yang optimal. Para penanggung jawab lembaga konservasi ex-situ patut memiliki dasar ilmu dari satwa-satwa yang diurus agar kesejahteraan satwa tersebut dapat terpenuhi.

Sumber:

https://wildwelfare.org/wp-content/uploads/Environment-BI.pdf 
Komisi Penyelamatan Spesies IUCN panduan manajemen ex situ untuk konservasi spesies.
International Union for Conservation of Nature, January 2020.

Mellor, D. (2016). Moving beyond the “Five Freedoms” by Updating the “Five Provisions” and
Introducing Aligned “Animal Welfare Aims.” Animals, 6(10), 59.
https://doi.org/10.3390/ani6100059 

Photos: Sumatra Wildlife Center

Artikel Terkait