Hewan Terlantar dan Perannya Dalam Masyarakat

Hewan terlantar telah hidup dengan manusia sejak lama. Dimana ada populasi manusia, di sana juga ada populasi hewan terlantar; entah itu ketidaksengajaan atau keberadaan manusia mempengaruhi hewan terlantar untuk datang dan hidup bersama.

Oleh: Azzahra Maulidina, BVM 

Hewan terlantar terbagi menjadi beberapa kategori: hewan yang sudah hidup terlantar seumur hidupnya, dan hewan yang pernah
berpemilik namun ditelantarkan (AWBI 2014).

Diperkirakan terdapat 200 juta atau lebih anjing yang menjadi terlantar antara 2009 dan 2010 (Patti 2011).

Angka pasti hewan terlantar di dalam sebuah komunitas sulit untuk didapatkan dikarenakan siklus reproduksi nonstop, dimana hewan terus melahirkan anak.

 

Beberapa alasan mengapa manusia menelantarkan peliharaannya:

a. pemilik hewan bosan dengan hewan merekasehingga peliharaannya menjadi tidak diinginkan;

b. pemilik hewan sibuk dan tidak bisa merawat peliharaan mereka;

c. harga keperluan hewan peliharaan yang tinggi sehingga pemilik hewan dengan keterbatasan biaya terpaksa menelantarkan mereka (Christine et al 2016).

 

Keberadaan hewan terlantar membuat masyarakat terbagi dalam dua pendapat: masyarakat yang tidak keberatan dengan keberadaan hewan terlantar, dan masyarakat yang membenci keberadaan hewan terlantar. Hal ini menyebabkan debat tak henti dalam komunitas yang berkaitan dengan perawatan hewan-hewan terlantar tersebut. Hewan terlantar umumnya hidup independen dengan reproduksi tidak terkontrol yang menyebabkan overpopulasi. Hewan terlantar juga diketahui menyebabkan keributan dan memburu peliharaan dan unggas sebagai sumber makanan (Lyu 2015, Abdulkarim et al 2021).

Sifat-sifat ini mempengaruhi penilaian orang-orang dan menciptakan ketidaksetujuan masyarakat. Menelantarkan hewan-hewan ini juga mempengaruhi nilai kesejahteraan mereka. Hal ini membuat risiko masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat meningkat secara signifikan. Hewan terlantar sangat rawan dalam berbagai situasi: kelaparan, kecelakaan di jalan, penyakit infeksius, bahkan kematian (Jessup 2004). Kondisi-kondisi ini secara langsung mempengaruhi kesehatan masyarakat dan perlu dievaluasi dengan baik.

Hewan terlantar merupakan masalah utama dalam aspek kesehatan masyarakat. Interaksi hewan-hewan ini dengan manusia, terkhusus anak-anak, menciptakan jalur infeksi antara hewan dengan manusia.

Asal muasal hewan-hewan ini tidak diketahui, sehingga  meningkatkan risiko manusia terkena penyakit dari gigitan dan cakaran hewan berpenyakit. Kejadian ini sering terjadi dan berkemungkinan menyebarkan penyakit zoonosis pada masyarakat (Slater 2001).

Chou et al (2014) menemukan patogen zoonosis pada populasi anjing terlantar di Central Taiwan, seperti Toxoplasma gondii, Dirofilaria immitis, Borrelia burgdorferi, Coxiella burnetii, dan Leptospira spp.

Beberapa parasite zoonosis yang ditemukan pada populasi kucing terlantar yaitu Toxoplasma gondii, Leishmania infantum, Toxocara cati, dan Dipylidium caninum; Sebagian besar merupakan parasit terlantar bersifat zoonosis (Duarte et al 2010). Penyakit zoonosis lain yang sering dikaitkan dengan populasi hewan terlantar yaitu rabies, bartonellosis, tularemia, dan murine typhus (Tatzch et al 2018). Penyakit rabies sendiri merupakan penyakit mematikan yang memerlukan perhatian khusus dimana banyak negara, terutama negara berkembang, memiliki angka kejadian yang tinggi dan membutuhkan 70% dari total populasi anjing untuk divaksinasi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah kejadian rabies pada 96.5% kejadian (Coleman and Dye 1996).

Beberapa protokol berlandaskan kesehatan masyarakat yang dapat diaplikasikan untuk mencegah populasi hewan terlantar menginfeksi manusia dan ternak yaitu dengan meningkatkan pengetahuan publik tentang kesejahteraan hewan dan mengenai penyakit zoonosis, protokol kebersihan lingkungan, mengontrol transmisi patogen dengan deworming dan vaksinasi, dan kontrol populasi (Abdulkarim et al 2021). Tindakan kontrol populasi yang dapat dilakukan yaitu dengan edukasi dan legislasi untuk kepemilikan hewan yang bertanggungjawab di dalam masyarakat termasuk dengan edukasi tentang sterilisasi hewan; pendataan dan identifikasi hewan-hewan berpemilik secara permanen dengan microchip atau dengan collar; kontrol reproduksi dengan operasi steril dan memisahkan anjing betina yang birahi dari anjing jantan yang belum dikastrasi; menangkap dan mengembalikan, merumahkan, atau melepaskan; aturan ketat untuk breeder anjing dengan tujuan mengurangi angka hewan yang tidak diinginkan; dan suntik mati sebagai pilihan terakhir (WOAH 2018).

Sumber :


[AWBI] Animal Welfare Board of India. 2014. Welfare concerns of stray/abandoned animals in India. AWBI Newsletter. 10(3): 1-2.

[WOAH] World Organisation for Animal Health. 2018. Terrestrial Animal Health Code Chapter 7.7.
Stray Dog Population Control. Paris: World Organisation for Animal Health.
Abdulkarim A, Goriman Khan MA, Erkihun A. 2021. Stray animal population control: methods,
public health concern, ethics and animal welfare issues. World Vet J. 11(3): 319-326.
https://dx.doi.org/10.54203/scil.2021.wvj44
Christine MA, Hadi W, Kendekallo AC, Suryadarma M, Amesa A. 2016. INGON, web solusi
pemeliharaan hewan-hewan terlantar dan sakit. Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi.
2(2): 196-208. e-ISSN : 2443-2229.
Chou CH, Yeh TM, Lu YP, Shih WL, Chang CD, Chien CH, Liu SS, Wu HY, Tsai FJ, Huang HH, et al.
2014. Prevalence of zoonotic pathogens by molecular detection in stray dogs in Central Taiwan.
Thai J Vet Med. 44(3): 363-375. https://doi.org/10.56808/2985-1130.2583
Coleman PG, Dye C. 1996. Immunization coverage required to prevent outbreaks of dog rabies.
Vaccine. 14: 185-186. https://doi.org/10.1016/0264-410x(95)00197-9
Duarte A, Castro I, da Fonseca IM, Almeida V, de Carvalho LM, Meireles J, Fazendeiro MI,
Tavares L, Vaz Y. 2010. Survey of infectious and parasitic diseases in stray cats at the Lisbon
Metropolitan Area, Portugal. J Fel Med Surg. 12: 441-446.
https://doi.org/10.1016/j.jfms.2009.11.003
Jessup DA. 2004. The welfare of feral cats and wildlife. J Am Vet Med Assoc. 225(9): 1377-83.
https://doi.org/10.2460/javma.2004.225.1377
Lyu P. 2015. Proposal on solutions to stray dog problem in American cities. J Pol Sci Pub Aff.
3(3): 1-3. https://www.doi.org/10.4172/2332-0761.1000175
Patti S. 2011. The global stray dog population crisis [Online Article]. Accessed on September
28th 2023 15:19 GMT+7.
https://naiaonline.org/articles/the-global-stray-dog-population-crisis-and-humane-relocation
#sthash.O9Kc3L4P.xlQzPm3O.dpbs
Taetzsch SJ, Bertke AS, Gruszynski KR. 2018. Zoonotic disease transmission associated with
feral cats in a metropolitan area: A geospatial analysis. Zoonoses and Public Health. 65(4):
412-419. https://doi.org/10.1111/zph.12449
Slater MR. 2001. The role of veterinary epidemiology in the study of free-roaming dogs and
cats. Prevent Vet Med. 48(4): 273-286. https://www.doi.org/10.1016/S0167-5877(00)00201-4

Artikel Terkait : 

Kepemilikan Hewan Bertanggung Jawab

Kepemilikan Hewan Bertanggung Jawab

Seringkali orang menganggap anjing dari penampungan adalah anjing yang bermasalah, padahal kenyataannya mereka adalah korban dari pemilik sebelumnya yang tidak bertanggung jawab. Biasanya mereka memilih untuk membeli anjing karena lucu dibanding mengadopsi.

Cara Menciptakan Lingkungan yang Nyaman bagi Kucing Peliharaan

Cara Menciptakan Lingkungan yang Nyaman bagi Kucing Peliharaan

Cara Menciptakan Lingkungan yang Nyaman bagi Kucing Peliharaan. Kucing merupakan salah satu hewan kesayangan yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Berbagai
jenis ras seperti kucing persia, anggora, british short hair hingga kucing domestik banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Sebagai pemilik hewan yang bertanggung jawab, banyak hal yang harus diperhatikan dalam memelihara kucing untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan kucing dalam waktu jangka panjang. Apabila kucing sudah terpenuhi kebutuhannya & merasa nyaman, maka akan teramati perilaku seperti aktif, sering berinteraksi, memiliki nafsu makan dan minum yang baik, buang air yang normal (2-4x sehari), self-grooming, beristirahat dengan nyaman dan beberapa kucing dapat teramati vokal dalam mengekspresikan perilakunya. Jadi, pastikan kamu menyediakan lingkungan yang tepat agar kucing peliharaanmu sehat & sejahtera.

Pentingnya Sterilisasi Pada Kucing

Pentingnya Sterilisasi Pada Kucing

Pentingnya Sterilisasi Pada Kucing. Kucing merupakan hewan dengan siklus birahi seasonal polyestrus, yang berarti mereka mengalami periode birahi pada beberapa musim tertentu. Pada masa birahi, apabila betina dan jantan bersatu, kemungkinan kehamilan cukup tinggi. Kucing termasuk dalam kategori hewan multipara, yang dapat mengandung dan melahirkan beberapa anak dalam satu periode kehamilan. Dalam satu kali kehamilan, kucing dapat melahirkan 1-6 anak kucing. Masa menyusui kucing berlangsung sekitar 2 bulan, setelahnya betina dapat mengalami birahi kembali. Tanpa upaya pengendalian populasi pada kucing,baik betina maupun jantan, jumlah populasi kucing dapat meningkat secara signifikan. Dalam satu tahun,populasi kucing dapat bertambah hingga 18 kali lipat jika tidak ada tindakan kontrol yang dilakukan

Lima Ranah Potensi Kompromi Kesejahteraan Hewan

Lima Ranah Potensi Kompromi Kesejahteraan Hewan

Lima Ranah Potensi Kompromi Kesejahteraan Hewan. Pada tahun 1964, Ruth Harrison menerbitkan bukunya yang berjudul “Animal Machines” yang menciptakan kehebohan di Inggris sehingga Komite Brambell dibentuk untuk melaporkan kondisi kesejahteraan hewan dalam penggunaan hewan di Inggris. Laporan komite brambell tahun 1965 menyatakan, “Kesejahteraan adalah istilah yang luas yang mencakup kesejahteraan fisik dan mental hewan” (Haynes, 2011). Brambell juga menjelaskan terkait konsep kunci kesejahteraan hewan yang biasa dikenal sebagai istilah Lima Kebebasan (Five Freedom),yang didokumentasikan dalam Brambell Report.

Video Penyelamatan Hewan : Asli atau Palsu?

Video Penyelamatan Hewan : Asli atau Palsu?

Video Penyelamatan Hewan : Asli atau Palsu?. Di era media sosial dan nilai yang dihasilkan oleh video, jumlah like, komentar yang dibagikan,bisnis di balik video penyelamatan hewan palsu telah meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Dengan menyamar sebagai operator penyelamat yang sah, orang-orang yang baikhati terlihat menyelamatkan hewan dari situasi yang mengerikan dan memilukan. Mereka sering menerima jutaan dan para aktor menyamar sebagai penyayang binatang, dipuji sebagai pahlawan oleh netizen yang tidak dikenal sehingga menjadi viral. Dengan fenomena penyelamatan hewanyang relatif baru ini, pelecehan dilakukan dengan cara yang paling berbahaya: dengan menggunakan empati.