JERAT PLASTIK : MENYINGKAP DAMPAK SAMPAH PLASTIK PADA KEHIDUPAN SATWA LIAR

Oleh: Putu Eka Gunadi

Penggunaan plastik pada kehidupan manusia bertujuan untuk membuat hidup lebih praktis dan nyaman. Manusia menggunakan plastik dalam bentuk gelas untuk minum kopi di pagi hari atau sebagai kantong plastik saat berbelanja bahan makanan di pusat perbelanjaan. Namun, untuk sesuatu yang digunakan begitu cepat dan nyaman, ternyata dibutuhkan waktu yang lama agar sampah plastik dapat terurai.

Gambar 1. Sampah di gunung dan wilayah perairan (Sumber: www. waste4change.com)

Sebagai contoh kantong plastik baru bisa terurai sekitar 10 tahun – 500 tahun, sedotan plastik bisa terurai sekitar 20 tahun, gelas plastik terurai sekitar 50 tahun, kemasan sachet plastik membutuhkan 50 tahun – 80 tahun, dan botol plastik terurai sekitar 450 tahun, sedangkan styrofoam tidak bisa terurai oleh lingkungan.

Masalah sampah plastik adalah masalah global yang terutama disebabkan oleh konsumsi manusia yang berlebihan dan kurangnya pengelolaan sampah yang efektif. Sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik sama berbahayanya jika dibiarkan berserakan di darat ataupun di wilayah perairan. Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan: haruskah sesuatu yang manusia gunakan selama beberapa menit dibiarkan mencemari lautan dan sungai serta berdampak pada satwa liar dan hutan seumur hidup?

Gambar 2. Hewan laut yang terjerat dengan sampah plastik. (Sumber: www. abcnews.go.com)

Dampak sampah plastik terhadap satwa liar sungguh membahayakan. Menjerat banyak satwa liar, mencekik dan menenggelamkan mereka dan terkadang memotong anggota tubuh mereka. Banyak spesies pada satwa air dan darat menderita akibat habitat alami mereka terus menerus terganggu karena sampah plastik. Kehadiran sampah plastik yang masif dan terjadi begitu cepat menyebabkan hewan tidak dapat menyesuaikan perilakunya terhadap material baru ini. Berikut dampak “Jerat Plastik” terhadap kehidupan satwa liar.

1. Satwa Liar Menelan Sampah Plastik.

Satwa liar sering memakan plastik karena tidak selalu bisa membedakan plastik dengan makanan. Beberapa ikan memakan plastik karena salah mengiranya sebagai telur ikan dan menggigit plastik yang mengapung di air. Penyu melihat kantong plastik sebagai ubur-ubur yang biasa menjadi menu makanan mereka. Banyak hewan yang merumput di darat juga memakan plastik. Sampah plastik yang bercampur dengan sisa makanan dan berserakan di hutan meningkatkan kemungkinan plastik tersebut dimakan oleh satwa liar.

Gambar 3. Satwa liar memakan sampah plastik yang berserakan. (Sumber: www. repurpose.global dan www. plasticsoupfoundation.org)

Berita menyedihkan terjadi ketika ditemukan ikan paus mati dengan berton-ton sampah plastik di perutnya. Seekor paus sperma yang terdampar di Taman Nasional Wakatobi di Indonesia pada bulan Desember 2018 memiliki 115 cangkir, 25 tas, empat botol dan dua sandal di perutnya. Lebih dari seribu keping plastik dihitung di dalam perut paus dan berat total plastik tersebut mencapai enam kilogram. Di Uni Emirat Arab, plastik menyebabkan setengah dari seluruh kematian unta. Hewan-hewan tersebut memakan sampah dan gumpalan plastik berukuran antara sepuluh hingga enam puluh kilogram ditemukan di perut mereka. Karena plastik tidak bisa keluar dari perut, benjolan tersebut terus membesar hingga hewan tersebut mati kelaparan.

Gambar 4. Ikan paus sperma yang terdampar di Taman Nasional Wakatobi (2018) dan sampah plastik di dalam perutnya. (Sumber: www.mongabay.co.id)

2. Terjebak Oleh Jerat Plastik

Satwa yang terjebak oleh sampah plastik menjadi kurang mampu mencari makan dan mudah menjadi korban predator. Terjebak di dalam plastik dapat menimbulkan konsekuensi yang mengerikan bagi satwa seperti berkurangnya mobilitas, kelaparan, terluka, tenggelam, atau mati lemas.

Gambar. 5 Penyu, anjing laut dan ikan paus terjerat oleh sampah plastik jaring nelayan. (Sumber: www.bbc.com dan www.plasticsoupfoundation.org)

Bagi paus, terjebak oleh sampah plastik merupakan ancaman yang lebih besar dibandingkan perburuan ikan
paus. Benang jaring yang tajam dapat memotong dagingnya sehingga menyebabkan paus kehilangan sirip atau ekornya. Mamalia laut seperti singa laut, lumba-lumba, dan anjing laut sering kali menjadi korban keingintahuan mereka sendiri. Mereka berenang mendekati benda-benda plastik dan bermain dengannya. Spesies-spesies ini belum mengetahui bahwa benda-benda tersebut tidak menyenangkan tetapi berbahaya

3. Bahaya Mikroplastik Dalam Rantai Makanan

Sampah plastik dapat berubah menjadi partikel plastik kecil yang panjangnya kurang dari lima milimeter yang dikenal sebagai mikroplastik. Hewan membawa mikroplastik di dalam tubuhnya. Ketika mereka dimakan, mikroplastik tersebut juga ikut tertelan. Karena seekor hewan memakan hewan lain, mikroplastik dapat berpindah melalui rantai makanan. Dengan plastik yang bergerak melalui rantai makanan, racun yang menempel juga dapat berpindah dan terakumulasi dalam lemak dan jaringan hewan dan dapat berbahaya bagi hewan itu sendiri ataupaun dapat menjadi ancaman ketika manusia mengkonsumsi hewan yang mengandung mikroplastik seperti ikan, udang dan cumi-cumi.

Gambar. 5 Penyu, anjing laut dan ikan paus terjerat oleh sampah plastik jaring nelayan. (Sumber: www.bbc.com dan www.plasticsoupfoundation.org)

Apa dampak lain plastik terhadap satwa liar?

– Sampah plastik yang mengambang di laut menyebarkan spesies asing yang invasif ke seluruh dunia.
– Terumbu karang yang dipenuhi plastik mempunyai kemungkinan 20 kali lebih besar terkena penyakit.
– Larva ikan empat kali lebih mungkin memakan mikroplastik dibandingkan makanan sebenarnya.

Sampah plastik adalah masalah global, mari saling bekerja sama untuk mencari solusi global. Manusia juga harus bertindak secara lokal dengan kesadaran individu dengan tidak menggunakan kemasan sekali pakai, memilih untuk mendaur ulang, mencari alternatif kemasan yang dapat digunakan kembali, dan memungut sampah kapan pun kita melihatnya

Sumber :

https://waste4change.com/blog/mengapa-sampah-organik-dan-anorganik-dibedakan-berdasarkan-waktu-terurai/
https://waste4change.com/blog/mengenal-marpol-73-78-aturan-pengelolaan-sampah-di-lautan/ 
https://waste4change.com/blog/timbunan-sampah-di-gunung-everest/ 
https://abcnews.go.com/US/marine-animals-swallowing-entangled-plastic-alarming-rates-report/story?id=74296742 
https://www.mongabay.co.id/2018/11/20/ditemukan-59-kg-sampah-dalam-perut-paus-sperma-di-wakatobi-kok-bisa/ 
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-51090027 
Madhvee Dhairykar, Shobha Jawre and Nidhi Rajput. The Pharma Innovation Journal 2022. Impact of plastic pollution on wildlife and its natural habitat.

Artikel terkait

Etika Perjumpaan dengan Satwa Liar : Memahami dan Menghormati Alam

Etika Perjumpaan dengan Satwa Liar : Memahami dan Menghormati Alam

Berwisata di alam merupakan pengalaman yang mempesona dan menawarkan kesempatan untuk terhubung langsung dengan keajaiban alam. Dari pegunungan yang menjulang tinggi hingga pantai dengan pasir putih
yang mempesona, alam enawarkan keindahan yang luar biasa serta berbagai pengalaman untuk petualangan. Tidak hanya itu, di alam kita juga dapat melihat berbagai jenis satwa endemik yang hidup liar di habitatnya.

MENGENAL BURUNG MIGRASI YANG DATANG KE INDONESIA

MENGENAL BURUNG MIGRASI YANG DATANG KE INDONESIA

MENGENAL BURUNG MIGRASIYANG DATANG KEINDONESIA. Musim dingin dimulai di belahan bumi utara, sumber makanan terus berkurang. Saat itu, jutaan burung melakukan tradisi tahunannya dengan terbang ke belahan bumi selatan. Perjalanan tersebut dikenal dengan istilah migrasi burung atau migratory bird. Akibat suhu yang dingin, persediaan makanan mereka di negara asalnya semakin berkurang. Alasan kuat mengapa burung bermigrasi bukan hanya untuk menghindari suhu dingin, tetapi juga untuk mencari makanan dan dan bertahan hidup untuk dapat kembali melanjutkan kehidupannya sampai proses berkembang biak.

SIRKUS LUMBA-LUMBA : Ketika Kesenangan Manusia Mengorbankan kehidupan Satwa Liar

SIRKUS LUMBA-LUMBA : Ketika Kesenangan Manusia Mengorbankan kehidupan Satwa Liar

SIRKUS LUMBA-LUMBA :Ketika KesenanganManusiaMengorbankankehidupan Satwa Liar. Lumba-lumba merupakan salah satu mamalia laut yang memiliki kecerdasan tinggi, menyamaik emampuan otak manusia. Mereka juga merupakan hewan sosial yang hidup berkelompok. Lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncatus) adalah spesies lumba-lumba yang paling umum dikenal oleh kebanyakan orang. Habitatnya berada di perairan hangat di seluruh dunia dan dapat ditemui di hampir seluruh perairan kecuali Samudra Arktik dan Samudra Selatan. Lumba-lumba yang hidup di penangkaran dan dipakai dalam sirkus atau pertunjukan seringkali ditangkap dari alam liar dengan jaring atau perangkap. Praktik ini sering kali menyebabkan stress dan cedera, serta sangat berpengaruh pada keadaan psikis dan fisik lumba-lumba.

Dari Pengamatan Liar ke Kandang Ex-Situ

Dari Pengamatan Liar ke Kandang Ex-Situ

Dari Pengamatan Liarke Kandang Ex-Situ. Pernahkah kalian melihat orang-orang yangbekerja mengamati satwa liar? Mereka mengamati perilaku satwa tersebut dari cara menjelajah, cara makan, jenis pakan yang dikonsumsi, interaksi antara sesama spesies ataupun berbeda spesies, tipe habitatnya,hingga fungsi dari satwa tersebut di lingkungannya.