Ketika Anak Menyiksa Hewan : Sinyal Bahaya yang Perlu Diwaspadai

Oleh : Drh. Mikeu Paujiah, Dipl. Montessori dan Maryam Smeer, S. Kom

Mewaspadai kekerasan anak kepada hewan sangatlah penting. Hal ini dikarenakan, tidak hanya berdampak buruk pada hewan, tetapi juga bisa menjadi indikasi masalah yang lebih serius pada perkembangan emosional dan mental anak. 

John M. Macdonald dalam jurnalnya yang berjudul The Threat To Kill mengamati bahwa pelaku kriminal biasanya dimulai dengan melakukan kekejaman terhadap hewan di masa anak dan remajanya.

Memang tidak semua anak yang melakukan kekerasan terhadap hewan tumbuh menjadi dekat dengan kriminal. Akan tetapi jika anak yang menunjukkan ketertarikan yang tidak biasa atau terus-menerus untuk menyakiti hewan, maka dia membutuhkan konseling profesional.

Gambar 1. JAAN Domestic Shelter

Menurut Macdonald, anak-anak yang sering menyaksikan kekerasan, seperti kekerasan di dalam rumah tangga (KDRT), tindakan kasar, pelecehan, dan perilaku kriminal lainnya dapat menyebabkan anak-anak terganggu emosi dan mentalnya.

Berikut adalah beberapa tanda-tanda kekerasan yang harus diwaspadai. Orang tua harus segera berkonsultasi kepada ahlinya jika mendapati tanda-tanda ini dilakukan oleh si anak.

– Perilaku Agresif

Perhatikan apakah anak sering menunjukkan perilaku agresif terhadap hewan. Contohnya memukul, menendang, atau mencubit hewan. Jika orang tua menemukan ini maka anak harus diawasi lebih lanjut.

– Kurangnya Empati

Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan atau emosi makhluk lain. Empati digunakan untuk memahami apa yang dirasakan orang lain dalam situasi tertentu. Kesadaran anak-anak tentang kepekaan hewan dikaitkan dengan kasih sayang dan perilaku manusiawi terhadap hewan.

Perhatikan! Jika setelah melakukan sesuatu yang menyakiti hewan, si anak tidak menunjukkan rasa bersalah atau penyesalan setelah menyakiti hewan, maka bisa mengindikasikan kurangnya empati anak. Ini merupakan tanda bahaya bagi perkembangan sosialnya.

– Intensitas Kekerasan

Jika Anak yang secara berulang melakukan kekerasan terhadap hewan, maka bisa jadi mengalami gangguan emosional atau mental yang membutuhkan perhatian khusus. Apalagi jika mereka menganggap aktifitas menyiksa hewan memberikan kesenangan khusus padanya. Sifat tidak berperasaan dan kurangnya reaktivitas emosional dianggap sebagai pemicu perkembangan psikopati.

Psikopati adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan kurangnya penyesalan dan empati, impulsif, respons emosional yang berkurang terhadap lingkungan mereka. Hal ini meningkatkan potensi kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengembangkan perilaku kriminal. Oleh karenanya, segera konsultasi pada ahli jika menemukan anak melakukan kekerasan terhadap hewan dengan intensitas yang tinggi.

Berikut adalah beberapa tanda-tanda kekerasan yang harus diwaspadai. Orang tua harus segera berkonsultasi kepada ahlinya jika mendapati tanda-tanda ini dilakukan oleh si anak.

– Perilaku Agresif

Perhatikan apakah anak sering menunjukkan perilaku agresif terhadap hewan. Contohnya memukul, menendang, atau mencubit hewan. Jika orang tua menemukan ini maka anak harus diawasi lebih lanjut.

– Kurangnya Empati

Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan atau emosi makhluk lain. Empati digunakan untuk memahami apa yang dirasakan orang lain dalam situasi tertentu. Kesadaran anak-anak tentang kepekaan hewan dikaitkan dengan kasih sayang dan perilaku manusiawi terhadap hewan.

Perhatikan! Jika setelah melakukan sesuatu yang menyakiti hewan, si anak tidak menunjukkan rasa bersalah atau penyesalan setelah menyakiti hewan, maka bisa mengindikasikan kurangnya empati anak. Ini merupakan tanda bahaya bagi perkembangan sosialnya.

– Intensitas Kekerasan

Jika Anak yang secara berulang melakukan kekerasan terhadap hewan, maka bisa jadi mengalami gangguan emosional atau mental yang membutuhkan perhatian khusus. Apalagi jika mereka menganggap aktifitas menyiksa hewan memberikan kesenangan khusus padanya. Sifat tidak berperasaan dan kurangnya reaktivitas emosional dianggap sebagai pemicu perkembangan psikopati.

Psikopati adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan kurangnya penyesalan dan empati, impulsif, respons emosional yang berkurang terhadap lingkungan mereka. Hal ini meningkatkan potensi kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengembangkan perilaku kriminal. Oleh karenanya, segera konsultasi pada ahli jika menemukan anak melakukan kekerasan terhadap hewan dengan intensitas yang tinggi.

Menyadari dan mengatasi kekerasan yang dilakukan anak terhadap hewan adalah langkah penting dalam membentuk generasi yang lebih empati dan peduli. Meskipun dalam beberapa kasus, tindakan anak terhadap hewan mungkin dianggap sebagai bagian dari proses eksplorasi. Oleh karenanya penting bagi kita untuk memahami batas-batas yang wajar.

Mengabaikan tanda-tanda awal kekerasan terhadap hewan sangatlah berbahaya, Bukan hanya berisiko bagi kesejahteraan hewan, tetapi juga dapat berdampak buruk pada perkembangan mental dan emosional anak itu sendiri. Oleh karena itu, penting untuk memberikan perhatian dan pemahaman pada anak. Jika diperlukan, mintalah bantuan profesional agar anak dapat tumbuh menjadi individu yang sehat secara emosional dan sosial. Dengan begitu, kita tidak hanya melindungi hewan dari kekerasan, tetapi juga menjaga masa depan anak-anak kita.

Gambar 2. JAAN Domestic Shelter

SUMBER :

Children abusing animals. (n.d.). National Link Coalition. Retrieved August 24, 2024, from https://nationallinkcoalition.org/faqs/children-abusing-animals

Mota-Rojas, D., Monsalve, S., Lezama-García, K., Mora-Medina, P., Domínguez-Oliva, A., Ramírez-Necoechea, R., & Garcia, R. de C. M. (2022). Animal abuse as an indicator of domestic violence: One health, one welfare approach. Animals: An Open Access Journal from MDPI, 12(8), 977. https://doi.org/10.3390/ani12080977

Macdonald, J. The threat to kill. Am. J. Psychiatry 1963, 120, 125–130.

Artikel Terkait