MELIHAT PERDEBATAN ANIMAL RIGHTS VS CULTURAL RIGHTS STUDI KOREA SELATAN

Oleh: Reygildo

Kebudayaan merupakan kekayaan yang dimiliki oleh suatu bangsa. Setiap negara memiliki budaya mereka masing-masing dengan keunikannya tersendiri.

Jika berbicara tentang budaya maka kita tidak bisa melewatkan kebudayaan yang ada di negara asia yang kental akan terjaganya tradisi. Salah satunya adalah Korea Selatan dimana kebudayaannya sudah menjadi trend dunia masa kini.

Namun pertanyaannya adalah, apakah kebudayaan suatu bangsa dapat terpengaruh oleh pemahaman-pemahaman baru dalam kasus ini adalah hak asasi hewan (Animal Rights) ?

Untuk menelisik pertanyaan itu saya akan menjelaskan dengan singkat apa itu animal rights dan cultural rights.

Saya meyakini bahwa animal rights merupakan sebuah konsep dimana hewan bisa memiliki status moral yang setara dengan manusia, dimana mereka dapat dengan bebas terhindar dari penderitaan yang menimpa mereka.

Oleh karenanya segala bentuk kekerasan dan penyiksaan merupakan hal yang sama kejinya seperti menyiksa sesama manusia. Sedangkan cultural rights atau hak kebudayaan merupakan salah satu bentuk dari hak asasi manusia yang bertujuan untuk menjamin penikmatan budaya dengan kondisi kesetaraan dan non-diskriminasi.

Dua pemahaman ini memiliki makna yang cukup jauh berbeda, sehingga ketika terjaadi ketidaksepahaman antara konsep animal rights dan kebudayaan sebuah negara akan menciptakan ketegangan tersendiri.

Sebagai contohnya adalah apa yang telah dialami oleh negara Korea Selatan selama periode 1998-2002. Korea Selatan terkenal menjadi salah satu negara asia dengan jumlah konsumsi daging anjing terbanyak saat itu.

Image: JAAN Domestic Shelter

Hal ini menjadi perhatian khusus oleh para aktivis barat, terutama ketika diaakannya kegiatan skala international di negara Korea Selatan. Pada tahun 1998 bertepatan dengan diadakannya Olimpiade Musim Panas, protes anti-dogmeat berkecamuk diutarakan kepada pemerintah Korea Selatan saat itu.

Dalam rangka untuk tidak menyinggung turis dan orang barat, pemerintah Korea Selatan akhirnya mengalah dan mengeluarkan larangan penjualan daging anjing dan melakukan inspeksi pada rumah makan yang menyediakan menu tersebut.

Tetapi ketika 14 tahun berlalu dimana Korea Selatan menjadi Co-host acara Piala Dunia bersama Jepang protes serupa kembali muncul dan pemerintah tidak menyerah kala itu.

Sebaliknya masyarakat Korea dan pejabat pemerintah menuduh protes-protes itu adalah upaya untuk memaksakan nilai-nilai budaya barat. Mereka menekankan sudah menjadi “hak budaya” masyarakat Korea Selatan untuk mengkonsumsi daging anjing.

Image: JAAN Domestic Shelter

Melihat dari gejolak yang muncul pada protes tahun 2002 menunjukkan kebijakan pemerintah Korea Selatan dalam melarang perdagangan daging anjing saja tidaklah cukup.

Ini dibuktikan dengan jumlah konsumsi daging anjing pada periode tahun 1998 hingga 2002 justru tetap meningkat.

Penolakan keras masyarakat Korea Selatan atas nilai-nilai budaya barat didasarkan pada aspek budaya Korea yang memandang anjing melalui dua cara yaitu sebagai makanan dan hewan peliharaan

Perpecahan pandangan ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan jenis anjing. Contoh anjing konsumsi (Gae-go-gi) adalah keturunan yang dibesarkan seperti layaknya sapi serta anjing peliharaan (Gang-a-ji).

Perbedaan ini terlihat jelas dalam perlakuan anjing Jindo, jenis peliharaan yang berasal dari pulau Jindo, Korea. Anjing jenis ini dijunjung tinggi sebagai harta nasional dan ditetapkan sebagai hewan dilindungi.

Dari penjelasan diatas kita bisa melihat, adanya pertikaian antara nilai-nilai hak asai hewan dengan hak budaya suatu negara.

Seperti yang sudah saya jelaskan diawal bahwa setiap manusia memiliki hak untuk mendapatkan atau menikmati budaya mereka dengan setara, tercermin dalam kasus di Korea Selatan.

Masyarakat Korea menganggap telah menganggap kuliner daging anjing sudah seperti harta nasional mereka serta tindakan mereka dianggap mencerminkan bentuk nasionalisme budaya

SUMBER :

Oh, Minjoo & J. Jackson. (2011). Animal Rights vs Cultural Rights : Exploring the Dog Meat Debate in South Korea From a World Polity Perspective. Journal of Intercultural Studies

ARTIKEL TERKAIT :

Kognisi Anjing

Kognisi Anjing

Oleh: Isabelle-Angelina Schosser. Studi baru menunjukkan bahwa Anjing ternyata lebih kompleks dari yang kita duga. Apa artinya jika saya ingin mengadopsi seekor anjing?Anjing adalah salah satu hewan terpintar di planet ini. Selama ribuan tahun: temuan paling awal...

Lindungi Anabul Kesayangan: Tips Aman untuk Anjing dan Kucing saat Gempa Bumi

Lindungi Anabul Kesayangan: Tips Aman untuk Anjing dan Kucing saat Gempa Bumi

Gempa bumi besar yang terjadi belakangan ini di Jepang dan Taiwan menimbulkan banyak korban, tidak hanya dari manusia namun juga hewan peliharaan. Sebagai pemilik hewan peliharaan yang baik, kita perlu siap siaga melindungi mereka saat situasi darurat terjadi. Terlebih lagi, kita tinggal di Indonesia yang juga rawan dengan bencana gempa bumi karena berada di jalur pertemuan tiga lempeng tektonik aktif, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Ketika gempa melanda, anjing dan kucing yang ketakutan mungkin akan bereaksi secara naluriah dan bersembunyi atau berkeliaran di tempat yang berbahaya. Supaya anabul tetap aman ketika gempa melanda, yuk simak beberapa tips di bawah ini

PERSPEKTIF KESEJAHTERAAN HEWAN DARI ASIA HINGGA BARAT

PERSPEKTIF KESEJAHTERAAN HEWAN DARI ASIA HINGGA BARAT

Pengadopsian permasalahan hewan kedalam konsep hak dan kesejahteraan memiliki sejarah panjang. Negarabarat menjadi pelopor utama munculnya konsep hak asasi hewan dan kesejahteraan hewan. Setidaknya padaabad ke-19 Jeremy Bentham dan John Stuart Mill memulai pergeseran paradigma dan berargumen meskihewan tidak memiliki pemikiran dan rasional namun mereka secara relevan serupa dengan manusia karenamemiliki hal yang disebut perasaan

Kisah Cemong : Dari Kucing Liar Menjadi Bagian Keluarga

Kisah Cemong : Dari Kucing Liar Menjadi Bagian Keluarga

Oleh: Arditya Laksono- Freelance English TutorCemong, seekor kucing betina bermotif telon, bukanlah kucing peliharaan biasa. Dia datang ke rumah tanpa diundang, bersembunyi di dalam kap mesin mobil di garasi. Karena bersembunyi di dalam ruang mesin, kami khawatir Ia...

Si Anak Kebun Singkong itu Kini Sudah Punya “Furever Loving Home”

Si Anak Kebun Singkong itu Kini Sudah Punya “Furever Loving Home”

Si Anak Kebun Singkong itu Kini Sudah Punya “Furever Loving Home”. Wajahnya memelas dan sorot matanya penuh dengan kesedihan. Anak Anjing berwarna putih kecoklatan itu berdiri di samping tembok rumah kusam yang ada di sebuah kawasan perkebunan singkong di Karadenan, Kabupaten Bogor. Setiap hari Ia mengamati orang yang berjalan di jalan setapak yang ada di depan kebun. Ketika ada kendaraan bermotor melintas, Ia langsung lari terbirit-birit untuk bersembunyi di semak-semak. Ketika malam tiba, Ia hanya bisa meringkuk di balik tembok dalam kegelapan dan harus menahan serbuan nyamuk di kebun. Entah, siapa yang tega membuang jiwa kecil tak berdosa itu di kebun singkong.