Mengapa Kekejaman Terhadap Hewan Merusak Masyarakat Secara Keseluruhan?
Oleh: Isabelle-Angelina Schosser
Translator : Tim AWI
Banyaknya kasus kekejaman terhadap hewan di Indonesia yang menjadi viral di platform media sosial, semakin jelas bahwa negara ini sangat membutuhkan pendekatan baru yang lebih holistik untuk menghadapi lingkaran penderitaan yang tidak pernah berakhir ini.
Menurut penelitian, Kekejaman terhadap hewan tidak hanya berdampak pada hewan itu sendiri, namun juga masyarakat secara keseluruhan turut merasakan dampaknya.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan yang kuat antara kekerasan terhadap hewan dan kekerasan terhadap manusia.
Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengenali bahwa kekerasan terhadap hewan, diperkirakan berpotensi kuat menjadi kekerasan terhadap manusia.
Berbagai bidang profesional sangat dibutuhkan perannya. Diantaranya adalah Penegak hukum, dokter hewan, dan pekerja sosial. Mereka memainkan peran sebagai responden pertama dalam mengidentifikasi dan menangani pelecehan terhadap hewan dan manusia.
Hal inilah yang menyebabkan kekejaman terhadap hewan dimasukkan ke dalam pedoman diagnostik psikiatris.
Para pelaku kekerasan rumah tangga, misalnya. Secara umum mereka juga melakukan kekerasan lainnya dan kemungkinan yang terbesar yaitu mereka memiliki riwayat kekerasan terhadap hewan. Bahkan kemungkinan ini lebih banyak didapati pada pelaku kekerasan dibandingkan pelaku kejahatan lainnya.
Baru-baru ini terjadi kasus yang menghebohkan dan menjadi viral. Kasus ini sangat meresahkan karena pelaku kekerasan ini adalah anak-anak. Seekor Anjing kecil bernama Viki disiksa hingga meninggal.
Hal yang harus digarisbawahi adalah bahwa perilaku ini bukanlah perilaku normal anak-anak yang sehat mentalnya. Perilaku tersebut bukanlah sebatas”Rasa ingin tahu”, namun sudah termasuk sebuah tanda bahaya.
Perilaku anak-anak yang menyiksa hewan adalah tanda umum penyakit mental yang berat. Penyakit psikopat termasuk di dalamnya. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya empati pada anak tersebut. Tentu ini terdapat korelasi langsung dengan kekerasan terhadap manusia di masa depan.
Sangat penting untuk kita semua bahwa ini bukanlah perilaku normal anak-anak yang sehat mental yang dapat ditelusuri kembali ke “rasa ingin tahu” tapi sebuah tanda bahaya, karena anak-anak yang menyiksa hewan menunjukkan ciri umum penyakit mental yang serius seperti psikopati, yang mana termasuk kurangnya empati dan berkorelasi langsung dengan kekerasan terhadap manusia di masa depan. Tanda peringatan dini ini berdasarkan statement berikut:
“Anak-anak yang menyaksikan kekejaman terhadap hewan mempunyai
kemungkinan 3-8 kali lebih besar untuk menganiaya hewan. Anak-anak yang
terlibat dalam kekejaman terhadap hewan lebih besar kemungkinannya untuk
melakukan kekerasan di masyarakat, di sekolah, dan di dalam keluarga, serta
terkena kekerasan dalam rumah tangga. Anak-anak mungkin saja mengalami
kekerasan dalam rumah tangga. terlibat dalam kekejaman terhadap hewan
karena rasa ingin tahu atau meniru, karena mereka tidak peka terhadap
kekerasan, berkurangnya empati, atau kurangnya keterikatan.”
Scott Johnson, Psikoterapis, dalam studinya tentang hubungan antara
kekejaman terhadap hewan (perilaku kekerasan umum)
Studi lain menunjukkan bahwa lebih dari 50% remaja yang menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga antara orang tuanya juga berpartisipasi dalam tindakan kekejaman terhadap hewan. Di antara anak-anak tersebut, hampir 70% adalah laki-laki. Mereka yang terlibat dalam kekejaman terhadap hewan cenderung menunjukkan perilaku antisosial tambahan, seperti berkurangnya kapasitas empati terhadap hewan dan manusia yang mengalami kekerasan, serta meningkatnya tantangan emosional dan perilaku.
Oleh karena itu, kekejaman terhadap hewan tidak boleh dipandang sebagai hal yang terisolasi, melainkan terkait dengan lingkungan sekitar, termasuk masyarakat yang menganggap kekerasan semacam itu sebagai hal yang ‘normal’.
Kasus Viki seharusnya mengingatkan kita bahwa perilaku psikopat sudah ditampilkan sejak masa kanak-kanak dan tidak pernah bisa dianggap enteng, baik Anda mencintai binatang atau tidak. Merupakan tanggung jawab kita sebagai masyarakat untuk tidak hanya mengakui korelasi ini tetapi juga melakukan intervensi untuk melindungi calon korban pelecehan, baik hewan maupun manusia.
Hanya jika pelakunya adalah individu-individu dengan gangguan serius yang menimbulkan risiko bagi masyarakat kita, barulah kita dapat memberikan perawatan yang tepat, dalam kasus anak-anak yang membunuh Viki, terapi psikologis dan, dalam kasus orang dewasa, konsekuensi yuridis lebih lanjut. untuk kasus-kasus pelecehan hewan, seperti biaya tinggi dan penjara. Namun hal ini hanya mungkin terjadi jika tanda bahaya tersebut yaitu penyiksaan terhadap seekor anjing kecil ditanggapi dengan lebih serius dan dihubungkan dengan pola kekerasan lainnya dalam masyarakat kita
Sumber :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7246522/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9024712/
https://medcraveonline.com/FRCIJ/animal-cruelty-pet-abuse-amp-violence-the-missed-dangerous-connection.html
Photo : Instagram @lisameliana
Artikel Terkait
Peran Dokter Hewan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Hewan di Indonesia
Oleh : Maryam Smeer, S. KomPada acara Animal Welfare International Conference yang diadakan pada 7 Desember 2023 oleh Animal Welfare Indonesia, Dr. drh. Muhammad Munawaroh, MM sebagai Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) menjadi salah satu keynote...
Peran Kementerian Pertanian Indonesia dalam Mendorong Kesejahteraan Hewan
Oleh : Maryam Smeer, S. KomKesejahteraan hewan merupakan isu penting yang terus menjadi perhatian di tingkat nasional maupun internasional.Di Indonesia, Kementerian Pertanian memegang peranan kunci dalam merumuskan kebijakan serta mendukung berbagai inisiatif yang...
5 Fakta Unik Tentang Rabies
Oleh : Drh. Mikeu Paujiah dan Maryam Smeer, S. Kom1. Mengapa dinamakan Rabies?Rabies disebabkan oleh Virus Lyssa. Pada kepercayaan Yunani, Lyssa merupakan Roh Kegilaan. Ini melambangkan kegilaan dan kemarahan. Ini menggambarkan kengerian dari penyakit Rabies.2. Angka...
6 Ide Permainan untuk Anak Usia SD Kelas 1-3
Oleh : Drh. Mikeu Paujiah, Dipl. Montessori dan Maryam Smeer, S. KomPada tahap perkembangan anak usia sekolah dasar, penting untuk menanamkan nilai-nilai moral seperti empati dan tanggung jawab. Salah satu cara efektif untuk mencapainya adalah melalui pembelajaran...
Empati dan Hewan: Mengasah Keterampilan Sosial Siswa
Oleh : Drh. Mikeu Paujiah, Dipl. Montessori dan Maryam SmeerEmpati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain. Melalui empati, kita dapat merespons sesuatu dengan cara yang penuh kasih dan perhatian.Di dunia pendidikan, mengajarkan empati kepada...
Ketika Anak Menyiksa Hewan : Sinyal Bahaya yang Perlu Diwaspadai
Oleh : Drh. Mikeu Paujiah, Dipl. Montessori dan Maryam Smeer, S. KomMewaspadai kekerasan anak kepada hewan sangatlah penting. Hal ini dikarenakan, tidak hanya berdampak buruk pada hewan, tetapi juga bisa menjadi indikasi masalah yang lebih serius pada perkembangan...