Pentingnya Sterilisasi Pada Kucing

Oleh: Rahmadiva Pradesti – Universitas Negeri Jakarta

Kucing merupakan hewan dengan siklus birahi seasonal polyestrus, yang berarti mereka mengalami periode birahi pada beberapa musim tertentu. Pada masa birahi, apabila betina dan jantan bersatu, kemungkinan kehamilan cukup tinggi. Kucing termasuk dalam kategori hewan multipara, yang dapat mengandung dan melahirkan beberapa anak dalam satu periode kehamilan.

Dalam satu kali kehamilan, kucing dapat melahirkan 1-6 anak kucing. Masa menyusui kucing berlangsung sekitar 2 bulan, setelahnya betina dapat mengalami birahi kembali. Tanpa upaya pengendalian populasi pada kucing, baik betina maupun jantan, jumlah populasi kucing dapat meningkat secara signifikan. Dalam satu tahun, populasi kucing dapat bertambah hingga 18 kali lipat jika tidak ada tindakan kontrol yang dilakukan.

Keprihatinan terhadap tingginya kepadatan populasi kucing domestik liar merupakan isu global yang terkait dengan kesejahteraan kucing dan risiko terhadap kesehatan masyarakat, seperti penularan penyakit antara hewan dan manusia (zoonosis). Semakin meningkatnya jumlah populasi kucing, semakin besar peluang bagi manusia untuk berinteraksi atau terpapar dengan kucing liar yang dapat menjadi sumber penularan penyakit zoonosis.

Dampak dari populasi yang berlebihan juga mencakup persaingan untuk sumber makanan, mengakibatkan penurunan dalam kesejahteraan hewan. Pendekatan sepertipenangkapan, sterilisasi, dan pelepasan kembali (trap-neuter-release/TNR) menjadi salah satu metode yang digunakan untuk mengatasi tantangan ini.

TNR, yang merupakan singkatan dari Tangkap Steril Lepas atau Trap Neuter Return, merupakan suatu inisiatif yang ditujukan untuk mengendalikan populasi kucing jalanan atau kucing liar. Fokus utama dari kegiatan TNR adalah menghentikan reproduksi berlebihan kucing yang terlantar di lingkungan jalanan. Kucing jalanan, terutama yang secara rutin diberi makan oleh individu atau kelompok, akan ditangkap dengan tujuan untuk menjalani proses pengebirian atau sterilisasi. Setelah proses tersebut selesai dan kucing pulih, mereka kemudian dilepaskan kembali ke habitat jalanan atau ke lokasi yang lebih aman.

Sterilisasi pada hewan yang dilakukan saat ini dapat dibedakan secara medis, dengan tindakan operasi pengambilan organ reproduksi hewan jantan (kastrasi) atau hewan betina (ovariohisterectomy). Dalam proses sterilisasi kucing, baik jantan maupun betina, terdapat dua tahapan utama yang dikenal sebagai spay dan neuter.

Spaying merupakan prosedur bedah yang melibatkan pengangkatan organ reproduksi betina yang memiliki peran kunci dalam produksi sel telur, pengembangan janin, serta regulasi hormon betina seperti estrogen dan progesteron. Di sisi lain, neuter adalah tindakan bedah yang mencakup pengangkatan testikel pada kucing jantan, organ reproduksi yang bertanggung jawab atas produksi sperma, perkembangan sperma, dan produksi hormon utama pejantan, yaitu testosterone.

Manfaat sterilisasi:
1. Mengurangi jumlah populasi hewan, mengurangi resiko penularan penyakit zoonosis (rabies).
2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
3. Bagi hewan betina mengurangi resiko kanker uterus, kanker ovarium khususnya ketika kucing memasuki usia tua.
4. Mengurangi agresifitas dan resiko menggigit.
5. Dapat berumur lebih panjang dan lebih sehat karena kucing menjadi tidak suka keluar rumah.

 

Syarat hewan bisa disterilisasi:
1. Minimal usia kucing jantan 6-8 bulan, kucing betina 5-6 bulan.
2. Minimal anjing usia 4-6 bulan, di Amerika mulai dari 6 minggu.
3. Hewan dalam kondisi sehat sebaiknya sudah diberi vaksinasi lengkap.
4. Tidak dalam kondisi bunting untuk betina.
5. Menandatangani surat persetujuan operasi

 

Sumber:

Azura, D., Nabila, M., & Damanik, A. S. H. (2023). Analisis Dampak Perilaku Sterilisasi
Terhadap Kesehatan Kucing Betina dan Jantan. Jurnal Biologi, 1(1), 1-10.

CATRESCUE.ID, 2024

Dinas Perikanan Dan Peternakan Kabupaten Bogor, 2024

Hanif, A., Dharmawan, T., & Pangestu, A. S. (2017). Catstrate: Solusi Menekan Ledakan
Populasi Kucing Lokal. Animal Walfare and Sustainable Community.

Hanif, A., Dharmawan, T., & Pangestu, A. S. (2017). Catstrate: Solusi Menekan Ledakan
Populasi Kucing Lokal. Animal Walfare and Sustainable Community.

Pratama, A. P. (2017). Perancangan Identitas Rumah Kucing Bandung Untuk Meningkatkan
Kesadaran Masyarakat Kota Bandung. Jurnal Sketsa, 4(2).

Prayoga, S. F., Megawati, N. I., Arifin, E. M. Z., & Nangoi, L. (2021). Ovariohysterectomy
pada kucing liar. Ovozoa: Journal of Animal Reproduction, 10(3), 98-104.

Rahmiati, D. U., Wismandanu, O., & Anggaeni, T. T. K. (2020). Kontrol populasi dengan
kegiatan sterilisasi kucing liar di lingkungan Unpad. Dharmakarya: Jurnal Aplikasi
Ipteks Untuk Masyarakat, 9(2), 114-116