PERSPEKTIF KESEJAHTERAAN HEWAN DARI ASIA HINGGA BARAT

Oleh: Reygildo

Pengadopsian permasalahan hewan kedalam konsep hak dan kesejahteraan memiliki sejarah panjang. Negara barat menjadi pelopor utama munculnya konsep hak asasi hewan dan kesejahteraan hewan.

Setidaknya pada abad ke-19 Jeremy Bentham dan John Stuart Mill memulai pergeseran paradigma dan berargumen meski hewan tidak memiliki pemikiran dan rasional namun mereka secara relevan serupa dengan manusia karena memiliki hal yang disebut perasaan

Selanjutnya kaum utilitarianisme meneruskan dengan mengeluarkan argumen prinsip kesetaraan. Namun pandangan utilitarian dianggap memiliki kelemahan karena penekanan pentingnya moral dari pada perasaan. Sehingga terdapat persepsi bahwa tidak ada yang salah secara moral dengan membunuh hewan. Wacana tentang hak dan kesejahteraan hewan terus berkembang,

Robert Garner dalam bukunya yang berjudul A Theory of Justice for Animal menyatakan bahkan hak paling dasar yang dimiliki oleh hewan adalah hak untuk tidak menderita, oleh karenanya segala hal yang menyebabkan penderitaan bagi hewan adalah sebuah pelanggaran terdahap hak mereka.

Meski ia juga mengatakan bahwa hak yang dimiliki hewan bisa di korbankan, asalkan untuk kehidupan yang bekelanjutan dan selama prosesnya hewan tersebut tidak menderita.

Dari konsep tersebut maka munculah gerakan-gerakan. Jesper & Nelkin dalam bukunya The Animal Rights Crusade. Memaparkan kasus gerakan berbasis hak dan kesejahteraan hewan yang terjadi di Manhattan pada tahun 1980.

Melalui sebuah truk bak datar yang dipenuhi oleh kelinci didepan trotoar kantor pusat kosmetik Revlon, para demonstran memprotes penggunaan kelinci pada uji coba kosmetik. Para demonstran geram atas penggunaan zat yang digunakan kepada mata kelinci dalam rangka menguji apakah bahan itu menyebabkan kemerahan, bengkak, atau yang lain sebagainya.

Konsep Animal Rights dan Animal Welfare memang muncul dari perspektif barat.

Pemikiran-pemikiran barat membuat konsep kesejahteraan hewan masuk kedalam ranah unsur publik.

Meski begitu, maka muncul sebuah pertanyaan apakah negara Asia tidak memiliki prespektif terkait kesejahteraan hewan sama sekali ?

Image: U-Report

Saya merujuk kepada sebuah buku yang berjudul Asian Perspective on Animal Etichs milik Dalal & Taylor.
Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa Asia Selatan begitu erat dengan unsur keagamaan seperti, Buddhisme, Hinduisme, dan Jainisme.

Masyarakat disana mempercayai adanya konsep reinkarnasi ketika mereka meninggal dunia. Proses tersebut dipengaruhi oleh karma buruk dan baik mereka selama hidup. Semakin buruk karma yang mereka miliki maka semakin rendah (menjadi hewan atau tumbuhan) reinkarnasi mereka.

Karma buruk didapatkan melalui proses kejahatan seperti menyakiti makhluk hidup baik manusia maupun hewan. Hal tersebut akhirnya juga berdampak pada kehidupan masyarakat Asia Selatan yang lebih menyukai pola vegitarian dan menghindari menyakiti hewan.

Asia timur mendapatkan pengaruh melalui pandangan kebudayaan. Mereka memiliki klasifikasi kepada hewan berdasarkan pengelompokannya.

Pertama, hewan bersisik identik dengan kayu. Kedua, hewan berbulu identik dengan api. Ketiga, hewan berkulit telanjang identik dengan tanah. Keempat, hewan berambut identik dengan logam.

Dari pengelompokan ini, masyarakat Asia Timur menaruh posisi manusia secara setara dengan hewan lainnya. Ini tercermin manusia masuk dalam kategori hewan berkulit telanjang.

Image: JAAN Domestic Shelter

Melalui sedikit penjelasan diatas, kita bisa melihat bagaimana perbedaan cara pandang negara asia dan
barat dalam hal hak dan kesejahteraan hewan.

Negara Asia telah mengenal konsep kesejahteraan hewan melalui kebudayaan dan kepercayaan yang diturunkan secara turun-menurun. Meski dalam hal ini pembicaraan tentang konsep kesejahteraan hewan masih dalam tahap ranah privat.

Sedangkan proses pengadopsiannya kedalam ranah publik dipelopori oleh para pemikir negara Barat, hingga akhirnya muncul gerakan-gerakan perlindungan hewan dan seluruh konsep ini perlahan telah dikenal oleh hampir penjuru dunia.

Sumber :

Dalal, Neil & Chloe Taylor. (2014). Asian Perspectives on Animal Ethics. Rotledge Taylor & Francis Group.

Garner, R. (2913). A Theory of Justice for Animals : Animal Rights in Nonideal World. Oxford University Press.

Jasper, M James & Dorothy Nelkin (1992). The Animal Rights Crusade. The Free Press

ARTIKEL TERKAIT :

Kognisi Anjing

Kognisi Anjing

Oleh: Isabelle-Angelina Schosser. Studi baru menunjukkan bahwa Anjing ternyata lebih kompleks dari yang kita duga. Apa artinya jika saya ingin mengadopsi seekor anjing?Anjing adalah salah satu hewan terpintar di planet ini. Selama ribuan tahun: temuan paling awal...

Lindungi Anabul Kesayangan: Tips Aman untuk Anjing dan Kucing saat Gempa Bumi

Lindungi Anabul Kesayangan: Tips Aman untuk Anjing dan Kucing saat Gempa Bumi

Gempa bumi besar yang terjadi belakangan ini di Jepang dan Taiwan menimbulkan banyak korban, tidak hanya dari manusia namun juga hewan peliharaan. Sebagai pemilik hewan peliharaan yang baik, kita perlu siap siaga melindungi mereka saat situasi darurat terjadi. Terlebih lagi, kita tinggal di Indonesia yang juga rawan dengan bencana gempa bumi karena berada di jalur pertemuan tiga lempeng tektonik aktif, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Ketika gempa melanda, anjing dan kucing yang ketakutan mungkin akan bereaksi secara naluriah dan bersembunyi atau berkeliaran di tempat yang berbahaya. Supaya anabul tetap aman ketika gempa melanda, yuk simak beberapa tips di bawah ini

Kisah Cemong : Dari Kucing Liar Menjadi Bagian Keluarga

Kisah Cemong : Dari Kucing Liar Menjadi Bagian Keluarga

Oleh: Arditya Laksono- Freelance English TutorCemong, seekor kucing betina bermotif telon, bukanlah kucing peliharaan biasa. Dia datang ke rumah tanpa diundang, bersembunyi di dalam kap mesin mobil di garasi. Karena bersembunyi di dalam ruang mesin, kami khawatir Ia...

Si Anak Kebun Singkong itu Kini Sudah Punya “Furever Loving Home”

Si Anak Kebun Singkong itu Kini Sudah Punya “Furever Loving Home”

Si Anak Kebun Singkong itu Kini Sudah Punya “Furever Loving Home”. Wajahnya memelas dan sorot matanya penuh dengan kesedihan. Anak Anjing berwarna putih kecoklatan itu berdiri di samping tembok rumah kusam yang ada di sebuah kawasan perkebunan singkong di Karadenan, Kabupaten Bogor. Setiap hari Ia mengamati orang yang berjalan di jalan setapak yang ada di depan kebun. Ketika ada kendaraan bermotor melintas, Ia langsung lari terbirit-birit untuk bersembunyi di semak-semak. Ketika malam tiba, Ia hanya bisa meringkuk di balik tembok dalam kegelapan dan harus menahan serbuan nyamuk di kebun. Entah, siapa yang tega membuang jiwa kecil tak berdosa itu di kebun singkong.