Zoonosis dalam Rantai Pangan.

Oleh: Putu Eka Gunadi   

Zoonosis berasal dari patogen seperti virus, bakteri, parasit, atau prion yang dapat menular dari hewan ke manusia. Beberapa contoh penyakit zoonosis yang terkenal adalah rabies, flu burung, antraks, dan salmonellosis. Penyakit-penyakit ini seringkali tersembunyi dalam rantai pasokan pangan, menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia. Zoonosis dapat menular melalui berbagai cara, termasuk melalui gigitan hewan, kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, atau konsumsi produk hewan yang terkontaminasi.

Gambar 1. Diagram penularan zoonosis (Sumber: www.cfs.gov.hk)

Penyebaran zoonosis melalui rantai pasokan pangan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan manusia. Produk hewan seperti daging, susu, dan telur dapat menjadi media bagi patogen zoonosis jika tidak ditangani dengan benar.

Beberapa contoh penularan zoonosis melalui pangan meliputi:

1. Salmonellosis: Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella yang dapat ditemukan dalam daging mentah, telur, dan produk susu yang tidak dipasteurisasi. Konsumsi makanan yang terkontaminasi Salmonella dapat menyebabkan gejala seperti diare, demam, dan kram perut.

2. E. coli: Bakteri Escherichia coli tertentu, terutama strain E. coli O157, dapat menyebabkan penyakit serius pada manusia. Bakteri ini sering ditemukan dalam daging sapi yang tidak dimasak dengan baik, susu mentah, dan sayuran yang terkontaminasi oleh kotoran hewan.

3. Brucellosis: Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Brucella yang dapat menular melalui konsumsi susu mentah atau produk susu yang tidak dipasteurisasi. Gejala brucellosis meliputi demam, keringat malam, dan nyeri sendi.

4. Campylobacter: Merupakan bakteri Gram negatif yang hidup di dalam saluran pencernaan hewan berdarah panas. Bakteri ini dapat dijumpai dalam makanan yang berasal dari hewan karena terkontaminasi dengan kotoran hewan selama proses pengolahan makanan.

Gambar 2. Bahan makanan dari produk hewani (Sumber : /www.foodnavigator-usa.com)

Beberapa Jenis pangan asal hewan yang memiliki potensi menjadi sumber penularan zoonosis, antara lain :

1. Daging : Bahan pangan asal hewan seperti daging merupakan bahan pangan yang bersifat mudah rusak (perishable food), hal ini disebabkan karena daging mengandung unsur zat gizi yang cukup baik untuk pertumbuhan mikroorganisme terutama bakteri sehingga akan berdampak terhadap daya simpan maupun kualitas produk akhirnya.

2. Telur : Telur mentah atau setengah matang juga dapat mengandung bakteri seperti Salmonella, yang dapat menyebabkan keracunan makanan jika tidak dimasak dengan sempurna.

3. Susu: Susu jika tidak dipasteurisasi dengan benar, dapat menjadi media yang baik bagi bakteri, virus, dan parasit penyebab penyakit seperti brucellosis, listeriosis, dan campylobacteriosis untuk bertahan dan menular kepada manusia melalui konsumsi.

4. Ikan : Ada beberapa jenis penyakit parasit jenis nematoda yang bersifat zoonosis yang berasal dari ikan laut, salah satunya adalah anisakiasis.

Penyebaran zoonosis melalui rantai pasokan pangan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan manusia. Produk hewan seperti daging, susu, dan telur dapat menjadi media bagi patogen zoonosis jika tidak ditangani dengan benar.

Untuk mengurangi risiko penularan zoonosis melalui pangan, beberapa langkah pencegahan dapat diambil:

1. Kebersihan dan Sanitasi: Memastikan kebersihan di semua tahap produksi pangan, mulai dari peternakan hingga meja makan, sangat penting. Ini termasuk praktik sanitasi yang baik di peternakan, pemrosesan makanan yang higienis, dan kebersihan pribadi.

2. Pasteurisasi: Produk susu harus dipasteurisasi untuk membunuh bakteri berbahaya seperti Brucella dan Salmonella.

Gambar 3. Proses memasak daging (Sumber: www. hellosehat.com)

3. Pemanasan yang Cukup: Memasak makanan hewani pada suhu yang tepat dapat membunuh banyak patogen. Misalnya, daging sapi harus dimasak hingga suhu internal minimal 70°C untuk  membunuh E. coli.

4. Pengawasan dan Regulasi: Pemerintah dan badan pengawas kesehatan harus memastikan bahwa standar keamanan pangan diterapkan dan diawasi dengan ketat. Ini termasuk inspeksi rutin terhadap peternakan dan fasilitas pemrosesan makanan, pengawasan rph, regulasi impor daging, dll.

5. Edukasi Konsumen: Konsumen harus diberikan informasi yang cukup tentang cara menangani dan memasak produk hewani dengan aman. Edukasi ini dapat dilakukan melalui kampanye kesehatan masyarakat dan label pada produk pangan.

Gambar 4. Regulasi untuk daging impor (Sumber: www.ditjenpkh.pertanian.go.id)

Sumber :

Artikel Terkait :

Empati dan Hewan: Mengasah Keterampilan Sosial Siswa

Empati dan Hewan: Mengasah Keterampilan Sosial Siswa

Oleh : Drh. Mikeu Paujiah, Dipl. Montessori dan Maryam SmeerEmpati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain. Melalui empati, kita dapat merespons sesuatu dengan cara yang penuh kasih dan perhatian.Di dunia pendidikan, mengajarkan empati kepada...

Ketika Anak Menyiksa Hewan : Sinyal Bahaya yang Perlu Diwaspadai

Ketika Anak Menyiksa Hewan : Sinyal Bahaya yang Perlu Diwaspadai

Oleh : Drh. Mikeu Paujiah, Dipl. Montessori dan Maryam Smeer, S. KomMewaspadai kekerasan anak kepada hewan sangatlah penting. Hal ini dikarenakan, tidak hanya berdampak buruk pada hewan, tetapi juga bisa menjadi indikasi masalah yang lebih serius pada perkembangan...

4 Cara Mudah Mengetahui Usia Kitten

4 Cara Mudah Mengetahui Usia Kitten

Oleh : Drh. Mikeu Paujiah dan Maryam SmeerDi dalam merawat kucing, Pawrents perlu mengetahui usia kucing tersebut. Hal ini penting untuk diketahui agar perawatan yang diberikan tepat sesuai usianya. Makanan, perilaku, dll sangat dipengaruhi oleh usia kucing.Baca Juga...

Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) pada Kucing

Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) pada Kucing

Oleh : Maryam SmeerInfeksi saluran pernafasan Atas atau ISPA pada kucing cukup sering terjadi. Penyakit ini timbul karena virus dan bakteri. Kebanyakan yang mengalami ini adalah kucing muda usia kurang dari 8 Minggu karena kekebalan tubuh yang belum sepenuhnya...

Tips Memberi Makan Kitten Yatim

Tips Memberi Makan Kitten Yatim

Oleh : Maryam SmeerKondisi terbaik bayi kucing adalah dalam pengasuhan induknya. Namun, tidak semua bayi kucing dalam kondisi seberuntung itu. Ada beberapa kondisi dimana induk bayi tiada atau tidak dapat mengasuh bayinya secara langsung.Bayi kucing sangatlah rapuh....

Dari Muntah Hingga Lemas: Anabul Sedang Dalam Kedaaan Bahaya?

Dari Muntah Hingga Lemas: Anabul Sedang Dalam Kedaaan Bahaya?

Oleh : AWI TeamMemantau kesehatan anabul merupakan bertanggung jawab sebagai Pawparents. Kendala yang sering terjadi adalah Pawrents kesulitan untuk memahami apa tanda bahaya pada anabul. Tanda Bahaya ini, jika tidak segera tertangani akan mengakinatkan...